T-REC semarang-komunitas-reptil-semarang-TWWF-YABI
-Luncurkan-Buku-Teknik-Konservasi-Badak
Kamis, Juli 25, 2013
JAKARTA, BL- WWF
Indonesia bersama dengan para praktisi konservasi badak di Indonesia yang
tergabung dalam Yayasan Badak Indonesia (YABI) kemarin meluncurkan
buku “Teknik Konservasi Badak Indonesia” di Joglo, Kemang, Jakarta
Selatan.
Acara peluncuran yang
dilangsungkan sebelum waktu berbuka puasa ini dihadiri juga oleh Kementerian
Kehutanan Republik Indonesia, Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Yayasan Badak
Indonesia, kalangan universitas, organisasi lingkungan hidup lainnya, sektor
bisnis, dan publik figur.
Buku berjudul “Teknik
Konservasi Badak Indonesia” ditulis oleh 20 praktisi konservasi badak di
Indonesia yang berasal dari berbagai macam institusi – seperti pemerintah,
universitas, LSM, dan lain sebagainya – yang sudah bertahun-tahun melakukan
penelitian mengenai konservasi in-situ dan ex-situ spesies badak, serta segi kebijakan
yang mengatur regulasi perlindungan badak di Indonesia.
Menurut data WWF
Indonesia, hingga saat ini terdapat 5 spesies badak yang masih tersisa di
dunia, dimana 2 diantaranya terdapat di Indonesia, yaitu badak Jawa (Rhinoceros
sondaicus) dan badak Sumatera (Dicherorinus sumatrensis). Kedua
spesies ini dikategorikan sebagai satwa liar berstatus kritis terancam punah
oleh Daftar Merah IUCN. Populasi badak Jawa hanya tersisa sekitar 50
individu di alam, yaitu di Taman Nasional Ujung Kulon (Banten) – dengan jumlah individu yang
kecil dan hanya berada dalam satu populasi akan sangat rentan terhadap
kepunahan. Sedangkan badak Sumatera hanya tinggal
200 individu, tersebar di
Taman Nasional Gunung Leuser (Aceh), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
(Lampung), dan Waykambas (Lampung).
Dalam 20 tahun terakhir 8 kantong populasi badak di Sumatra punah, dan
populasi menurun hingga 82%. Berdasarkan kondisi
ini, maka dibutuhkan sebuah panduan teknis tertentu dalam upaya pelestarian
spesies langka ini. Salah satunya adalah dengan mengumpulkan pengalaman
beberapa penggiat konservasi yang berupaya melestarikan badak di Indonesia.
“Tidak hanya
spesiesnya saja yang langka, pengetahuan teknis konservasi badak pun dapat
dikategorikan sebagai hal yang langka,” kata Prof. DR. Hadi Alikodra, Guru
Besar IPB untuk Manajemen Satwa Liar melalui keterangan tertulisanya yang
diterima Beritalingkungan.com.
Menurutnya, buku ini
sangat penting bagi dunia konservasi badak di Indonesia dan dapat memberikan
referensi yang baik, mengingat populasi badak kini kian mengkhawatirkan.
Buku ini merupakan
buku mengenai teknik konservasi badak Indonesia yang dirilis pertama kalinya
dalam Bahasa Indonesia. Buku yang terdiri dari 10 bab dan 270 halaman ini,
berisi pengetahuan seputar taksonomi dan morfologi badak, populasi dan
penyebaran, habitat, perilaku, persaingan ekologi, perburuan, penyelamatan,
penangkaran dan protokol penyelamatan badak – yang tentunya berasal dari
pengalaman bertahun-tahun di lapangan.
“Hilangnya badak di
Indonesia berarti hilangnya spesies ikonik tanah air dan tidak memberikan
kesempatan kepada anak cucu kita untuk mempelajarinya”, ujar Dr Efransjah, CEO
WWF-Indonesia. “Buku seperti ini jarang diterbitkan dan merupakan sumbangsih
yang tak ternilai dengan memberikan gambaran teknis dokumentasi pengalaman
bertahun-tahun para praktisi konservasi badak di Indonesia” tambahnya.
Seruan pentingnya
kerjasama dan dukungan internasional secara khusus telah disampaikan oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pada saat mencanangkan tahun badak
internasional bersama IUCN, tahun 2012 lalu. SBY mengintruksikan bahwa upaya
pelestarian badak hendaknya diselaraskan dengan pembangunan ekonomi yang
berwawasan lingkungan sebagai bagian dari pemantapan reputasi bangsa Indonesia.
Widodo Ramono,
Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia (YABI), yang juga penulis utama buku
ini, mengatakan dengan diterbitkannya buku ini, diharapkan dapat meningkatkan
wawasan pentingnya konservasi dan menjadi pendorong kerjasama yang lebih baik
bagi para pemangku kepentingan yang bekerja sama dalam upaya penyelamatan badak
di Indonesia.
Menurut Duta Badak
Indonesia, Desi Ratnasari, menyelamatkan badak
berarti menyelamatkan hutan tropis Indonesia dan juga kehidupan manusia. Selain
tekad yang kuat, dukungan ilmu pengetahuan, dan kebijakan yang tepat, dukungan
publik juga memegang peranan penting dalam pelestarian badak Indonesia.”
Sementara itu, musisi
dan Supporter Kehormatan WWF-Indonesia, Nugie, yang sudah pernah mengunjungi
lokasi habitat alam badak Sumatera di Bukit Barisan Selatan dan badak Jawa di
Ujung Kulon, mengatakan, badak sumatera dan badak jawa sudah sangat sulit
ditemukan di alam liar, termasuk di habitat alami mereka. "Oleh karena
itu, saya mengajak publik untuk bersama-sama mendukung pelestarian spesies
endemik Indonesia ini. Sebab jika badak dapat dijaga, otomatis habitat mereka
akan ikut terpelihara,”tambahnya. (Marwan Azis).
Sumber