........SILAHKAN MENGGUNAKAN " MESIN TRANSLATE "..GOOGLE TRANSLATE
DISAMPING KANAN INI.............
PLEASE USE ........ "TRANSLATE MACHINE" .. GOOGLE TRANSLATE BESIDE RIGHT THIS
.....................................
Ritual Tusuk Tubuh dalam
Thaipusam
Oleh Olenka
Priyadarsani | Yahoo News – Rab, 5 Feb 2014
Begitu
melihat arak-arakan para pemuja dalam upacara Thaipusam di Batu Caves, Kuala
Lumpur, punggung saya langsung terasa ngilu. Para pemuja ini selain membawa
persembahan berat, tubuhnya juga ditusuk-tusuk dengan kait besi. Ini adalah
bagian dari ritual kaum Hindu – terutama India Tamil – sebagai bentuk
penghormatan pada Dewa Muruga.
Thaipusam
adalah festival yang diadakan setahun sekali pada saat purnama Bulan Tamil,
biasanya jatuh pada Januari atau Februari tiap tahunnya. Tahun ini jatuh pada
tanggal 17 Januari 2014. Thaipusam dirayakan di India, Malaysia, Singapura,
Srilanka, dan beberapa negara lain yang memiliki populasi etnis Tamil.
Di Kuala
Lumpur, Malaysia, perayaan Thaipusam dikonsentrasikan di Batu Caves, sebuah
kompleks yang terdiri dari beberapa gua alami yang dijadikan sebagai tempat
suci Hindu untuk menyembah Dewa Muruga. Menurut beberapa sumber, festival ini
dapat menarik lebih dari satu juta pengunjung tiap tahunnya.
Saya sudah
sering membaca tentang Thaipusam dan ritual-ritualnya, melihat banyak foto yang
membuat bulu kuduk merinding, namun melihat sendiri terasa sangat berbeda.
Dari Kuala
Lumpur, Batu Caves dapat dicapai menggunakan kereta KTM Komuter. Beberapa hari
menjelang dan setelah Hari-H, pemerintah setempat telah mengatur agar kereta
dan bus menuju ke Batu Caves dioperasikan secara non-stop. Karena itu, walau
ratusan ribu hingga jutaan orang berkunjung, transportasi ke lokasi masih
termasuk nyaman. Paling hanya harus mengantre tiket yang cukup panjang.
Keluar di
Stasiun Batu Caves, suasana festival langsung terasa. Musik India
bersahut-sahutan, tenda-tenda putih yang biasanya tidak ada tampak berjejer.
Banyak yang menjual makanan khas India, seperti manisan (kue manis),
persembahan, patung, baju, dan sebagainya.
Semakin
mendekati pusat upacara, semakin sesak karena padatnya pengunjung. “Rasanya
lebih India daripada di Paharganj ya?” kata saya pada suami, membandingkan
suasana saat itu dengan Paharganj, kawasan backpacker di Delhi, India.
Kebetulan
bertepatan dengan kedatangan kami, ada Perdana Menteri Malaysia, PM Najib
sedang memberikan sambutan. Polisi berjaga ketat di bawah panggung, walaupun
rasanya tidak seketat penjagaan terhadap Presiden SBY, sih.
Akhirnya
kami tiba di jalur utama di mana para pemuja berjalan menuju ke tangga Batu
Caves. Mereka inilah yang memanggul persembahan yang disebut kavadi.
Kavadi bisa berupa rangka kayu sederhana yang dihiasi bunga, bulu burung merak,
dan replika patung Dewa Muruga, bisa juga berisi berbagai macam sesaji hingga
mencapai berat 100 kg. Pemuja generasi muda menambahkan sesembahan yang lebih
modern, seperti misalnya gambar logo klub sepakbola di Eropa.
Yang
paling menarik sekaligus membuat merinding, adalah tusukan besi pada tubuh
mereka. Ada yang punggungnya ditusuk kait-kait besi untuk menggantung buah-buah
jeruk. Ada pula yang mulutnya ditusuk besi panjang besar. Salah satu yang
paling menyeramkan yang saya lihat adalah seorang laki-laki yang menarik kereta
dengan kait besi ditancapkan ke punggungnya. Semakin berat kavadi dan semakin
menderita para pemujanya, artinya semakin baik persembahan mereka pada Sang Dewa.
Banyak yang rela memanggul kavadi berat dan menusuk tubuh sebagai permohonan
doa tertentu atau sebagai rasa syukur atas apa yang telah mereka dapatkan.
Para pemuja
ini terkadang berhenti dan beristirahat di kursi. Mereka diberi minum oleh
rekan mereka. Lalu menari-nari sambil tetap memanggul kavadi dengan seirama
dengan musik para pengiringnya. Para pemuja yang membawa kavadi adalah
laki-laki. Berbeda dengan pelaku debus atau jathilan yang memang berprofesi
demikian, dalam Thaipusam ini para pemuja dengan kait di punggung atau wajah
mereka adalah orang biasa. Ada yang bekerja sebagai insinyur, dokter, dan
pegawai kantoran lainnya.
Para
perempuan membawa sesembahan berupa susu dalam guci yang ditaruh di atas kepala
mereka. Biasanya para perempuan ini mengenakan pakaian berwarna kuning dan
bertelanjang kaki. Banyak dari mereka sudah sempoyongan karena telah menempuh
beberapa kilometer dengan berjalan kaki, padahal masih ada 272 anak tangga yang
didaki untuk sampai di gua.
Masyarakat
etnis Tamil yang datang ke Batu Caves tidak hanya datang dari sekitar Kuala
Lumpur, melainkan juga dari Singapura dan Australia. Tua, muda, bayi,
laki-laki, perempuan, semuanya datang untuk menyembah Dewa Muruga. Saya bahkan
menyaksikan beberapa orang yang pingsan karena kelelahan dan berdesak-desakan.
Intinya,
Thaipusam ini adalah bentuk dedikasi dan pengorbanan kaum Hindu Tamil bagi
kepercayaan mereka. Sebuah festival yang menarik bagi orang di luar komunitas
mereka. Bila tahun depan memiliki rencana ke Kuala Lumpur, alangkah baiknya
bila bertepatan dengan Thaipusam ini.