.SILAHKAN MENGGUNAKAN " MESIN TRANSLATE "..GOOGLE TRANSLATE
DISAMPING KANAN INI.............
PLEASE USE ........ "TRANSLATE MACHINE" .. GOOGLE TRANSLATE BESIDE RIGHT THIS
.....................................
DISAMPING KANAN INI.............
PLEASE USE ........ "TRANSLATE MACHINE" .. GOOGLE TRANSLATE BESIDE RIGHT THIS
.....................................
Wah!
Ratusan Hektar Mangrove di Kepulauan Tanakeke Terancam Hilang
Whew! Hundreds
of hectares of Tanakeke Mangrove in the Endangered Missing
Wah!
Ratusan Hektar Mangrove di Kepulauan Tanakeke Terancam Hilang
Ratusan
hektar tanaman mangrove di Kepulauan Tanakeke, yakni, di Desa Balandatu dan
Desa Maccini Baji, Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar, Sulawesi
Selatan, terancam hilang. Sebab, ada rencana Pemerintah Takalar menjadikan
kawasan itu sebagai industri sawit.
Yusran
Nurdin Massa, peneliti senior dari Mangrove Action Project (MAP) Indonesia,
mengatakan, rencana pemerintah ini mulai diketahui Maret 2014. Mereka mulai
sosialisasi dan pendekatan kepada warga. Sebagian besar warga menentang rencana
itu.
“Dalam
beberapa pertemuan dengan warga, kami menangkap warga terancam dengan rencana
itu, tidak hanya kemungkinan hilang mangrove tetapi sumber penghidupan mereka
sebagai nelayan dan petani rumput laut,” kataya, di Makassar, Minggu (29/6/14).
Bukti
keseriusan Pemerintah Takalar, katanya, terlihat diberangkatkan seluruh camat
di Kabupaten Takalar ke Kalimantan dan bertemu beberapa investor awal 2014.
“Setelah
kunjungan ke Kalimantan itu datang tim ke Tanakeke studi kelayakan, pada Mei.
Bupati dan sejumlah investor berkunjung meski kemudian ditolak warga. Rombongan
ini mengalihkan kunjungan ke tempat lain.”
Yusran
merasa shock ketika mendengar rencana ini karena beberapa tahun
terakhir, bersama dengan Oxfam, MAP telah melakukan penyelamatan mangrove di
sana. Kini, sekitar 500 hektar lahan terjaga bahkan makin bertambah. Pemerintah
desa bahkan menghasilkan Perdes tentang Perlindungan Mangrove.
Mangrove di
Tanakeke terdiri dari 12 gugusan pulau ini memiliki sejarah panjang. Sejak
ratusan lalu daerah ini dikenal sebagai kawasan mangrove dikeramatkan. Salah
satu pulau, yaitu Pulau Bangkotapampang, kini sebagai kawasan konservasi,
dengan luas mangrove 51,55 hektar.
Di masa
lalu, penebangan mangrove di kawasan ini memiliki aturan tersendiri, dibuat
pimpinan adat bernama gallarang, yaitu mangrove yang ditebang di bagian
tengah, dengan kewjiban menyisakan bagian pinggir. Melalui metode ini, bagian
tengah akan mudah ditumbuhi tunas mangrove, karena terjaga oleh tanaman yang
mengelilingi.
Warga
Kepulauan Tanakeke memiliki kepudilian tinggi dalam melestarikan mangrove di
daerah mereka. Mereka telah memiliki Peraturan Desa yang mengatur pengelolaan
dan pelestarian mangrove. Foto: Wahyu Chandra
Di Tanekeke,
dulu menerapkan sejenis pajak jiwa disebut sima. Ia wajib dibayar setiap
orang ke gallarang. Warga miskin yang tidak sanggup membayar sima
diberi alternatif, bisa mengambil kayu mangrove di Bangkotapampang untuk
diserahkan ke gallarang sebagai ganti pembayaran sima ini.
Hal yang
disyukuri Yusran, para kepala desa, termasuk warga, menolak tegas rencana ini.
Selama ini, MAP banyak edukasi pada warga terkait dampak jika ada sawit.
“Dengan
mengandalkan video-video dan bacaan-bacaan dari Sawit Watch yang saya peroleh
di internet saya mencoba memberi pembelajaran kepada warga. Ini hanya sebagai
perbandingan. Sekadar bahan informasi bagi warga.”
Meski sebagian
besar warga menolak, Yusran tidak bisa menjamin sikap warga bertahan, karena
pendekatan gencar. Camat bahkan berupaya mendekati pemerintah desa dan pemilik
tanah terbesar di Tanekeke bernama Daeng Ngolo.
“Dulu Daeng
Ngolo memiliki lahan 200 hektar tegas menolak, tapi menurut informasi sejumlah
warga sudah mulai melunak.”
Kekhawatiran
Yusran beralasan. Sawit, tanaman rakus air dan Kepulauan Tanakeke,
sumber air tawar terbatas. Mangrove juga membutuhkan suplai air tawar
untuk pertumbuhan.
Dampak tidak
langsung, termasuk di Pulau Bangkotapampang ini, mungkin pada perubahan
struktur hidrologi. Mangrove akan bersaing dalam mendapatkan air tawar dengan
sawit.
Ancaman
lain, rumput laut di sepanjang pesisir Tanakeke yang mencapai ratusan hektar.
“Sawit ini pasti menimbulkan erosi besar dan dipastikan merusak rumput laut
yang menjadi sumber penghasilan masyarakat,” kata Yusran.
Industri
sawit ini juga dipastikan menganggu aktivitas nelayan di daerah itu.
“Bukan tak mungkin warga akan terusir dari kampung halaman.”
http://www.mongabay.co.id/2014/07/08/wah-ratusan-hektar-mangrove-di-kepulauan-tanakeke-terancam-hilang/
