DISAMPING KANAN INI.............
PLEASE USE ........ "TRANSLATE MACHINE" .. GOOGLE TRANSLATE BESIDE RIGHT THIS
..................
Penelitian:
Tingkat Harapan Hidup Manusia, Pengaruhi Tingkat Kepunahan Spesies Lain
Penelitian:
Tingkat Harapan Hidup Manusia, Pengaruhi Tingkat Kepunahan Spesies Lain
“Meningkatnya tingkat harapan hidup manusia artinya orang akan hidup lebih lama dan akan mempengaruhi planet ini lebih lama; setiap tahun tambahan manusia hidup berarti adanya tambahan tinggalan jejak karbon (carbon footprint), jejak ekologis (ecological footprint), pengunaan sumber daya alam dan lain sebagainya,” ungkap para penulis. “Pengaruh keberadaan manusia akan semakin besar seiring dengan semakin lamanya mereka hidup.”
Kajian ini menggunakan pemodelan komputer untuk menghitung dampak yang ditimbulkan manusia terhadap keberadaan spesies burung dan mamalia. Dengan membandingkan jumlah spesies invasif dan spesies terancam di sejumlah negara, para peneliti melihat dampak dari avriabel manusia seperti pendapatan kotor (GDP-Gross Domestic Product), penggunaan pestisida, pariwisata, pertanian, perlindungan alam liar, perdagangan global, peraturan dan harapan hidup.
“Hal ini bukan pola yang acak,” ungkap penulis utama laporan ini Aaron Lotz dari Jurusan Alam Liar, Perikanan dan Konservasi di UC Davis. “Dari semua data ini, satu faktor -yaitu tingkat harapan hidup manusia- adalah faktor penentu bagi keberadaan spesies terancam dan invasif burung dan mamalia.”
Kajian ini juga melihat dampak dari kekayaan, dengan tingkat pendapatan kotor per kapita sangat terkait erat dengan meningkatnya jumlah spesies burung dan mamalia yang terancam. “Pengaruh keberadaan manusia secara global memberi dampak jauh lebih besar dibandingkan spesies lainnya di Bumi, utamanya karena besarnya populasi manusia, produksi karbon, konsumsi biomassa, penggunaan energi dan rentang geografis yang luas,” ungkap para penulis dalam kajian mereka.
Jika membandingkan antar-negara, Selandia Baru adalah salah satu negara yang mengalami enurunan jumlah keragaman hayati terburuk sejak adanya kolonisasi manusia. Hal ini sebagian karena ketiadaan mamalia darat asli berarti bahwa fauna asli telah berkembang dari berbagai jenis predator. Setelah diperkenalkan oleh para penjelajah, hewan-hewan invasif melanda negeri ini, mendorong banyak spesies asli punah. Negara-negara Afrika, sebaliknya, memiliki spesies invasif paling sedikit, karena rendahnya tingkat perdagangan internasional.
“Kendati analisis yang dilakukan oleh kajian ini tidak menentukan mekanisme, pola-pola yang diteliti dalam penelitian ini jelas memberikan gambaran adanya keterkaitan antara manusia dan hilangnya sejumlah spesies yang terancam.” jelas Lotz lebih jauh.
“Kita harus terus membuat kaitan langsung antara manusia dan alam dan memberikan insentif, perangkat dan kapasitas untuk mengelola ekosistem agar berkelanjutan. Beberapa kajian melihat adanya keterpisahan antara alam liar dan manusia. Namun kita semua bagian dari ekosistem. Kita harus mulai mengaitkan antara manusia kepada lingkungan dalam penelitian kita dan tidak memisahkan mereka. Kita harus menyadari kita memiliki kaitan langsung kepada alam.”