DISAMPING KANAN INI.............
PLEASE USE ........ "TRANSLATE MACHINE" .. GOOGLE TRANSLATE BESIDE RIGHT THIS
.................
T-REC -TUGUMUDA REPTILES COMMUNITY-INDONESIA
More info :
minat gabung : ( menerima keanggotaan seluruh kota dan daerah di Indonesia )
08995557626
..................................
KSE – KOMUNITAS SATWA EKSOTIK – EXOTIC PETS COMMUNITY-- INDONESIA
Visit Our Community and Joint W/ Us....Welcome All Over The World
KSE = KOMUNITAS SATWA EKSOTIK
MENGATASI KENDALA MINAT DAN JARAK
KAMI ADA DI TIAP KOTA DI INDONESIA
MENGATASI KENDALA MINAT DAN JARAK
KAMI ADA DI TIAP KOTA DI INDONESIA
DETAIL TENTANG KSE-----KLIK : www.komunitassatwaeksotik-pendaftaran.blogspot.com
GABUNG......... ( menerima keanggotaan seluruh kota dan daerah di Indonesia )
HUBUNGI : 089617123865
.........................
Protect Orangutans To
Ancestral Lands Stay Fertile
"My brothers , good
afternoon. Introduce, I am Yubellia Hildegardis Queen, orangutan conservation campaign cadre in Kapuas Hulu, "said Queen, greeting a
close companion, opening introductions with 40
students Batang Lupar high school ,
Kabupaten Kapuas Hulu, West Kalimantan,................
Melindungi Orangutan Agar Tanah Leluhur Tetap Subur
October 20, 2014 Andi Fachrizal, Kapuas Hulu, Kalbar
Yubellia
Hildegardis Ratu menyungging senyum. Tak sedikit pun rasa canggung di wajahnya.
Disertai ekspresi wajah dan kepercayaan diri yang begitu tinggi, gadis 12 tahun
ini pun menggelontorkan bait-bait kalimat pembuka.
“Kakak-kakak
yang baik, selamat siang. Perkenalkan, saya Yubellia Hildegardis Ratu, kader
kampanye konservasi orangutan di Kapuas Hulu,” kata Ratu, sapaan akrabnya,
membuka perkenalan dengan 40-an siswa SMA Negeri 1 Batang Lupar, Kabupaten
Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Kamis (16/10/2014).
Ratu hadir
bersama 14 kader campaigner konservasi orangutan lainnya ke sekolah ternama di
perbatasan Indonesia – Malaysia ini, dan mengajak siswa-siswi sekolah itu ikut
serta menyelamatkan lingkungan dari berbagai ancaman. “Kita bisa memulai dengan
hal-hal kecil. Misalnya, dengan menyayangi satwa-satwa liar yang ada di hutan
Kalimantan seperti orangutan,” kata Ratu sumringah.
Siswi kelas
8 C SMP Negeri 1 Batang Lupar ini adalah kader campaigner muda WWF-Indonesia
yang sudah dilatih secara intensif di Desa Lanjak Deras, Kecamatan Batang
Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, 15-16 Oktober 2014.
Dalam
kampanyenya, Ratu menjelaskan kondisi terkini orangutan yang serba terancam,
baik oleh ulah pemburu, penebangan liar, kebakaran, dan alih fungsi lahan untuk
kepentingan perkebunan. “Semua itu adalah ancaman bagi satwa liar dan
habitatnya,” katanya.
Dia
menjelaskan, perburuan dilakukan untuk dikonsumsi atau diperdagangkan.
Sedangkan pembalakan liar, kebakaran, dan alih fungsi hutan menjadi perkebunan
mengakibatkan rusaknya rumah atau habitat orangutan. Jika itu terjadi, maka
rusaklah tempat tinggal orangutan. Mereka tidak lagi punya rumah dan tidak
dapat mencari makan.
“Jika kita
pikirkan secara saksama, pohon di hutan ditebang, lahannya dibakar, dan diubah
menjadi perkebunan, tidak hanya membawa dampak bagi orangutan, tapi juga
bencana bagi kita manusia,” urai Ratu.
Kalau tidak
ada pohon, sambungnya, kita mau dapat udara segar dari mana? Global warming
sudah di mana-mana. Dan kalau hutan sudah habis dibabat oleh manusia, mau tak
mau orangutan akan meninggalkan habitatnya dan masuk mendekati permukaman
manusia.
Siswa SMP
Negeri 1 Batang Lupar lainnya, Jepri Langga, juga mengingatkan betapa
pentingnya keberadaan orangutan di habitatnya. “Orangutan itu bisa menebar
benih tumbuhan, membuka tutupan pohon, mampu merangsang pertunasan pohon, dan
memelihara keanekaragaman di dalam hutan,” jelasnya.
Dia
mengibaratkan orangutan sebagai petani hutan yang sangat tangguh lantaran
kemampuannya menjelajah hingga radius tiga kilometer setiap harinya. “Dalam
perjalanan itu, orangutan akan makan buah-buahan. Kemudian biji buah yang
ditelan akan dikeluarkan melalui kotorannya, untuk kemudian melahirkan kembali
tumbuhan buah yang baru,” terangnya.
Sokongan
Muspika Batang Lupar
Camat
Batang Lupar, Gunawan menyambut positif inisiatif WWF dalam mencetak kader
campaigner konservasi orangutan. Namun demikian, dalam proses pengkaderan itu,
dia menyarankan para kepala desa yang wilayah administrasinya terdeteksi
sebagai habitat orangutan, juga dilibatkan. “Perlu sentuhan multipihak untuk
menjawab tantangan pelestarian orangutan ke depan,” ucapnya.
Gunawan
juga menyayangkan lemahnya koordinasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian
Kehutanan, dalam hal ini Balai Taman Nasional Danau Sentarum. “Sebagai sebuah
lembaga pemerintah pusat yang bertugas di daerah, etikanya mereka musti
membangun komunikasi dan berkoordinasi dengan unsur Muspika. Tapi pihak TNDS
tak pernah melakukan itu,” katanya.
Kepala
Kepolisian Sektor Batang Lupar, Iptu Y Johani mengamini penjelasan Gunawan.
“Sampai sekarang saya memang belum kenal siapa pimpinan TNDS di Batang Lupar.
Bagaimana kita mau kerja sama, koordinasi saja susah. Padahal, banyak program
yang bisa disinergikan. Kegiatan seperti ini, sangat membantu aparat dalam
melakukan sosialisasi aturan perlindungan satwa di tingkat masyarakat,”
urainya.
Warga yang
mengingatkan
Koordinator
Komunikasi Program Kalbar WWF-Indonesia, Jimmy Syahirsyah mengakui, tingkat
kesadartahuan masyarakat tentang perlindungan spesies masih sangat rendah. “Ini
ditunjukkan dengan masih tingginya perburuan dan perdagangan satwa dilindungi
di Kalbar,” katanya di Desa Lanjak Deras, Sabtu (18/10/2014).
Menurutnya,
hingga saat ini habitat penting spesies tertentu tidak menjadi dasar
pertimbangan dalam perubahan fungsi kawasan di dalam pembangunan. Artinya,
belum adanya praktik pengelolaan terbaik, terkait perlindungan spesies kunci di
beberapa areal konsesi. Hal ini diperparah dengan lemahnya penegakan hukum
terhadap spesies kunci seperti orangutan.
Jimmy
menjelaskan, skema penyelamatan satwa liar dilindungi sudah dilakukan berbagai
pihak. Namun, pendekatan antar sesama warga dinilai lebih efektif. “Biarkanlah
warga sendiri yang mengingatkan keluarganya, kerabatnya, dan tetangganya,”
jelasnya.
Berdasarkan
data WWF-Indonesia Program Kalbar, orangutan tersebar di hampir semua
kabupaten/kota di Kalbar. Populasi orangutan di Taman Nasional Betung Kerihun
diperkirakan mencapai 550-1.830 individu. Sedangkan di Taman Nasional Danau
Sentarum, populasinya diperkirakan mencapai 771-1.006 individu. Jumlah populasi
di koridor dua taman nasional di Kapuas Hulu itu sekitar 585 individu.
Sebaran
lainnya ada di Kabupaten Sintang dan Melawi yang diperkirakan mencapai 1.500
individu, dan Kabupaten Pontianak serta Kubu Raya sekitar 10-12 individu.
Khusus orangutan sub-jenis Pongo pygmaeus wurmbii sebarannya ada di Kabupaten
Ketapang dan Kayong Utara, serta Kalimantan Tengah dengan populasi diperkirakan
mencapai 34.975 individu.
Jimmy
berharap, proses kaderisasi 15 orang campaigner di hulu Kapuas ini dapat
meningkatkan kesadartahuan masyarakat, investor, dan para penegak hukum tentang
perlindungan spesies dan habitatnya. “Biasanya, jika informasi itu disampaikan
oleh warga, jauh lebih efektif karena kejahatan terhadap satwa liar dilindungi,
umumnya terjadi di tengah-tengah masyarakat,” ucapnya.