Top Menu

T-REC semarang-komunitas-reptil-semarang- Threaten-Livestock-Komodo-Pota-Still-Hunted




 Threaten Livestock, Komodo Pota Still Hunted




T-REC semarang-komunitas-reptil-semarang- Threaten-Livestock-Komodo-Pota-Still-Hunted


source by indonesia language, link below :







 Threaten Livestock, Komodo Pota Still Hunted


Author: Contributors Manggarai, Markus Makur
Thursday, June 27, 2013
 
Borong, KOMPAS.com - Komodo pota Population  from year to year continues to decline due to hunting by local residents. Residents around Lake Watu payung, East Manggarai regency, East Nusa Tenggara, Indonesia, hunt  komodo Pota because prey on  pets such as chickens, cows, goats and others.

According to the Head of Product Development Resources and Tourism Department of Culture and Tourism of East Manggarai regency, Damasus Ndama, Komodo Pota had long lived in the area, although its existence was officially revealed in 2011.

"Local people call Mbou," said Ndama to Kompas.com, Thursday (27/06/2013).


Explained to residents that "Mbou" is a rare , similar to the dragons on Komodo, Rinca and Waewull. The community requested is no longer hunt the reptiles.

Even so, some people still hunt . In 2011, while visiting the area Pota, Department of Culture and Tourism of East Manggarai regency find a Komodo dragon that hunted people . Then, they deliver to the people to take care  until the wound healed.

"Local people caring for and treating the wounded dragons using turmeric. Komodo After a while it got better, and then they took off again into the wild," said Ndama.



Chairman of the Democratic Forum for Environment and Culture Flores, ROFINA Kant when asked for his response on Thursday (06/27/2013) explains, there is intense competition between humans and dragons in Pota, Sambi Rampas District, East Manggarai regency.

 the best solution is to provide sanctuaries where tourists can see and feed the reptiles. "With so dragons and local communities to support each other for survival," he said.

The existence of dragons in the Pota was doubtful. Some people say that "Mbou" is not a dragon, but rather a type of large lizard. But according ROFINA, he had accompanied a U.S. researcher to take DNA Komodo Pota. As a result, the same DNA  between pota komodo with  Komodo dragons on Komodo, Rinca Island and Region Waewull and Riung.



"Its similar characteristics  Pota dragons on Komodo, Rinca and  Waewull where the baby  climbing trees to protect themselves from the threat of predators and adult dragons," said Ndama.

It is difficult for the preservation of the pota Komodo  is the absence of a conservation area around Lake Watu payung where they  alive. "I hope that all parties immediately take steps to save Komodo Pota from extinction," said ROFINA.

Editor: Wisnubrata


original text :



Dianggap Mengancam Ternak, Komodo Pota Masih Diburu

Penulis : Kontributor Manggarai, Markus Makur
Kamis, 27 Juni 2013 

BORONG, KOMPAS.com - Populasi Komodo Pota dari tahun ke tahun terus menurun akibat perburuan oleh warga setempat. Warga di sekitar Danau Watu Payung, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, memburu Komodo Pota karena hewan itu diduga memangsa binatang peliharaan seperti ayam, sapi, kambing dan lainnya.

Menurut Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya dan Produk Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Manggarai Timur, Damasus Ndama, Komodo Pota sudah lama hidup di wilayah tersebut meski keberadaanya secara resmi baru diungkap tahun 2011.

"Masyarakat setempat menyebutnya Mbou," kata Ndama kepada Kompas.com, Kamis (27/6/2013). 



Kepada warga dijelaskan bahwa ”Mbou” adalah binatang langka, serupa dengan komodo di Pulau Komodo, Rinca dan Waewull. Masyarakat pun diminta tidak lagi memburu reptil tersebut.

Walau begitu, beberapa warga diketahui masih memburunya. Pada 2011, saat mengunjungi wilayah Pota, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Manggarai Timur menemukan seekor komodo yang terluka akibat diburu masyarakat. Lalu, pihaknya menyampaikan kepada masyarakat untuk merawatnya sampai lukanya sembuh.

"Masyarakat setempat merawat dan mengobati komodo yang terluka dengan menggunakan kunyit. Setelah beberapa saat komodo itu sembuh, lalu mereka melepas lagi ke alam bebas,” jelas Ndama. 


Ketua Forum Demokrasi Lingkungan Hidup dan Kebudayaan Flores, Rofina Kant saat dimintai tanggapannya, Kamis (27/6/2013) menjelaskan, memang ada persaingan yang ketat antara manusia dan komodo di Pota, Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur.

Menurut Rofina, jalan keluar terbaik adalah menyediakan lokasi perlindungan dimana wisatawan bisa melihat dan memberi makan reptil-reptil tersebut. "Dengan begitu komodo dan masyarakat setempat saling menunjang untuk kelangsungan hidup," ujarnya.

Keberadaan komodo di wilayah Pota sempat diragukan. Beberapa orang mengatakan bahwa "Mbou" bukanlah komodo, melainkan sejenis biawak besar. Namun menurut Rofina, dirinya pernah mendampingi seorang peneliti Amerika Serikat untuk mengambil DNA Komodo Pota. Hasilnya, DNA Komodo Pota sama dengan DNA komodo di Pulau Komodo, Pulau Rinca dan Kawasan Waewull maupun di Riung. 




"Ciri-ciri komodo Pota hampir sama dengan di Pulau Komodo, Pulau Rinca dan Waewull dimana anak komodo panjat pohon untuk melindungi diri dari ancaman pemangsa dan komodo dewasa,” kata Ndama.

Hal yang menyulitkan upaya pelestarian komodo ini adalah belum adanya wilayah konservasi di sekitar Danau Watu Payung tempat komodo-komodo itu hidup. "Saya berharap semua pihak secepatnya mengambil langkah untuk menyelamatkan Komodo Pota dari kepunahan,” kata Rofina.
Editor : Wisnubrata











Share this:

 
Designed By OddThemes | Distributed By Gooyaabi Templates