Top Menu

T-REC semarang-komunitas-reptil-semarang-Understanding-of-GPS-Based-Management-To-Support-the Twelve-Hill- Resort-TN-national-park




T-REC semarang-komunitas-reptil-semarang-Understanding-of-GPS-Based-Management-To-Support-the Twelve-Hill- Resort-TN-national-park 


sources by Indonesia languange , links below :



http://www.mongabay.co.id/2013/09/27/pemahaman-gps-untuk-dukung-pengelolaan-berbasis-resort-tn-bukit-duabelas/




Understanding of GPS-Based Management To Support the Twelve Hills Resort TN / national park  (Taman Nasional Bukit Duabelas )

By Lili Rambe (jambi Contributor ), September 27, 2013 12:50 am

Twelve Hill National Park. Sources: Google Map




Understanding of GPS-Based Management To Support the Twelve Hills Resort TN / national park  (Taman Nasional Bukit Duabelas )
By Lili Rambe (jambi Contributor ), September 27, 2013 12:50 am

Twelve Hill National Park. Sources: Google Map

Twelve Hill National Park (TNBD /
Taman Nasional Bukit Duabelas ) is one of the four national parks in Jambi Province, sumatera, Indonesia . National park has an area of ​​60,500 hectares is located in 3 districts namely Batang , Sarolangun and Tebo county.  to functioning as a natural resource conservation park also serves as a space for “ orang rimba / native “  as marginal communities that depend on forests. This makes  area management TNBD  little complex.



However, like other national parks in Indonesia,  have  also a problem TNBD  : encroachment, illegal logging, plantations  which result in less forest in this region. Set off  from these conditions make  KKI Warsi organize and Mapping Basic Training for beginners. The training for 4 days and was followed by TNBD Hall staff, and  the villagers .



"The most important aspects are studied in this training is that participants can understand the material, analyzing the map and  application on the ground " says  Askarinta Adi, GIS KKI Warsi Coordinator who acts as a speaker . He also explained that the training focuses on control participants  in operating the GPS (Global Positioning System), mapping the ground level as well as data entry and analysis.




Peri hermansyah , one of the trainees who also is a staff TNBD Hall said that the training was very helpful with the data collection activities with  resort-based system because the current management is working by  based resort area. "The management with the  resort  will facilitate the supervision and protection of the area" says Peri. Joint training is also expected to increase cooperation among the various parties who work for TNBD  to save this national park is needed in the planning and implementation of collaborative activities that are also able to embrace the community around it.



Referring to the data held by KKI Warsi there are about 7,000 hectares of forest in the region that has been turned into cultivation. Based on analysis of satellite imagery TM 5 from 1989 to 2008, shows how the region continue to lose forests. In the 1989-1993 national park loss  of ​​34 671 hectares og forests  or damage reaches a rate of 8,668 ha / year. Hereafter  deforestation nearly constant from 1993 to 2008, which is about 2,344 acres / year. Seeing this condition, if no rescue efforts were conducted, based on the analysis conducted Warsi in Bukit Twelve forest.  if no attempt is made ​​to rescue , TNBD area will be lost in 2034.











 original text :



Pemahaman GPS Untuk Dukung Pengelolaan Berbasis Resort TN Bukit Duabelas
Oleh Lili Rambe (Kontributor Jambi),  September 27, 2013 12:50 am

Taman Nasional Bukit Duabelas. Sumber: Google Map
Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) adalah salah satu dari 4 taman nasional yang ada di Provinsi Jambi. Taman nasional yang memiliki luas 60.500 hektar ini berlokasi di 3 kabupaten yaitu kabupaten Batanghari, Sarolangun dan Tebo. Selain memiliki fungsi sebagai kawasan konservasi sumber daya alam taman nasional ini juga berfungsi sebagai ruang hidup Orang Rimba sebagai kelompok masyarakat marginal yang kehidupannya bergantung pada hutan. Ini membuat pengelolaan kawasan TNBD sedikit kompleks.



Namun seperti taman nasional lainnya di Indonesia TNBD juga memiliki masalah perambahan, pembalakan liar, perkebunan yang mengakibatkan berkurangnya luasan hutan di kawasan ini. Berangkat dari kondisi ini KKI Warsi menyelenggarakan Pelatihan dan Pemetaan Dasar untuk pemula. Pelatihan ini berlangsung selama 4 hari ini dan diikuti oleh staf Balai TNBD, masyarakat desa dan orang rimba.



“Aspek paling penting yang dipelajari dalam pelatihan ini adalah peserta dapat memahami materi, menganalisis peta dan dapat mengaplikasikaannya di lapangan” jelas Askarinta Adi, Koordinator GIS KKI Warsi yang bertindak sebagai pemberi materi. Ia juga menerangkan bahwa pelatihan ini berfokus pada penguasaan peserta dalam mengoperasikan alat GPS (Global Positioning System), pemetaan tingkat dasar serta input dan analisis data.



Peri Hermansyah, salah satu peserta pelatihan yang juga merupakan staf Balai TNBD mengatakan bahwa pelatihan ini sangat membantu kegiatan pendataan dengan sistem berbasis resort karena saat ini TNBD tengah mengupayakan pengelolaan kawasan berbasis resort. “Pengelolaan kawasan dengan sistem resort ini akan memudahkan pengawasan dan pengamanan kawasan” ujar Peri. Pelatihan bersama ini juga diharapkan dapat meningkatkan kerjasama antar berbagai pihak yang bekerja untuk TNBD karena untuk menyelamatkan taman nasional ini diperlukan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan secara kolaboratif yang juga mampu merangkul komunitas yang ada disekitarnya.



Merujuk pada data yang dimiliki oleh KKI Warsi  ada sekitar 7.000 hektar hutan di kawasan ini yang telah berubah menjadi areal perladangan. Berdasarkan analisis citra satelit TM 5 dari 1989-2008, terlihat bagaimana kawasan ini terus menerus kehilangan hutannya. Pada 1989-1993 taman nasional ini kehilangan hutan seluas 34.671 hektar atau dengan laju kerusakan mencapai 8.668 hektar/tahun. Selanjutnya deforestasi mendekati konstan dari 1993 hingga 2008 yaitu sekitar 2.344 hektar/tahun. Melihat kondisi ini, jika tidak ada upaya penyelamatan yang dilakukan, maka berdasarkan analisis yang dilakukan Warsi hutan di Bukit Duabelas jika tidak ada upaya yang dilakukan untuk menyelamatkannya, maka kawasan TNBD akan hilang pada tahun 2034.





 



Share this:

 
Designed By OddThemes | Distributed By Gooyaabi Templates