Sultan Akan Lepas Elang Jawa
di Gunung Merapi
T-REC semarang-komunitas-reptil-semarang-Sultan-Akan-Lepas-Elang-Jawa-di-Gunung- Merapi
Sultan Akan Lepas Elang Jawa
di Gunung Merapi
Sebelum dilepas, elang Jawa jantan berumur sekitar 4 tahun tersebut telah menjalani proses rehabilitasi di Wildlife Rescue Centre (WRC) Jogja selama dua tahun. Elang tersebut diserahkan oleh Khusnun Imron, seorang mahasiswa asal Bantul, ke WRC Jogja, 24 Juni 2011. Khusnun mengaku prihatin terhadap satwa langka yang juga menjadi lambang negara Indonesia tersebut diperjualbelikan secara bebas. Karena itu, ia membeli satwa tersebut kemudian menyerahkannya ke WRC Jogja untuk direhabilitasi agar bisa dilepasliarkan kembali ke alam.
Menurut Kepala Divisi Pengelolaan Satwa WRC Jogja, Dian Tresno Wikanthi, kondisi elang Jawa ketika diserahkan sekitar dua tahun lalu cukup memprihatinkan. Cakar dan paruhnya terlalu panjang, mengindikasikan satwa tersebut dirantai di tenggeran besi sehingga tidak bisa mengasah cakar dan paruhnya seperti di alam bebas. "Ketika diserahkan, elang Jawa tersebut juga tidak bisa terbang," kata Dian.
Dian menambahkan, proses rehabilitasi yang dilakukan di WRC Jogja adalah mengembalikan perilaku alami elang Jawa tersebut. Rehabilitasi tersebut meliputi latihan terbang, pengenalan pakan alami, serta ditempatkan dalam kandang yang mirip habitat alaminya. "Selama hampir dua tahun menjalani rehabilitasi, sekarang elang Jawa tersebut sudah layak untuk dilepasliarkan ke habitat alaminya. Kondisi satwanya sekarang sangat sehat dan siap untuk dikembalikan ke habitat alaminya," kata Dian.
Sebelum dilepasliarkan di lereng selatan Merapi, elang Jawa jantan tersebut dipasangi wing marker, banding (cincin), serta microchip. Pemasangan wing marker, banding, dan microchip dilakukan di WRC Jogja hari ini. "Untuk pemasangan banding, kami bekerja sama dengan IBBS (Indonesian Bird Banding Scheme) sebagai lembaga yang memang memiliki kewenangan untuk melakukan banding atau tagging," Dian menjelaskan.
Setelah pemasangan wing marker, cincin, dan microchip, selanjutnya elang Jawa tersebut akan ditempatkan di kandang habituasi di Dusun Turgo, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, hingga saat dilepasliarkan pada 26 Februari 2013 nanti. Penempatan elang Jawa di kandang habituasi selama seminggu ini dimaksudkan sebagai masa penyesuaian (aklimatisasi) satwa sebelum dilepas ke alam bebas.
Pelepasan seekor elang Jawa di lereng selatan Merapi ini merupakan kerja sama antara BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Yogyakarta selaku pemegang otoritas satwa negara, Taman Nasional Gunung Merapi selaku pemilik kawasan pelepasliaran, serta WRC Jogja selaku lembaga yang menangani teknis rehabilitasi satwa langka milik negara.
Menurut Manajer Operasional WRC Jogja, Ferry Ardianto, pelepasliaran seekor elang Jawa ini sekaligus untuk menambah populasi elang Jawa di kawasan Merapi pascaerupsi. Apalagi, elang Jawa merupakan satwa yang menjadi prioritas negara untuk dilepasliarkan di habitat alaminya. "Dengan dilepas oleh Sultan Hamengku Buwono X, diharapkan satwa tersebut tidak diganggu oleh warga, mengingat tingkat kepatuhan warga Yogya terhadap Sultan cukup tinggi," katanya.
Berdasar pantauan Perkumpulan Ahli Burung Indonesia, populasi elang Jawa di kawasan Merapi sebelum erupsi adalah tiga pasang alias enam ekor. "Pascaerupsi, kami belum melakukan pemantauan lagi. Namun kami yakin jumlahnya tidak berkurang, mengingat elang merupakan satwa yang peka terhadap tanda-tanda alam," kata Pramana Yudha, Presiden Perkumpulan Ahli Burung Indonesia yang juga pengurus IBBS, saat ditemui seusai pemasangan cincin dan microchip di WRC Jogja.
Selain enam ekor elang Jawa, kawasan lereng selatan Merapi juga dihuni oleh elang jenis lain, seperti elang hitam, elang bido, dan elang brontok. "Menurut saya, kawasan selatan Merapi sebenarnya cukup padat populasi elang. Namun saya yakin BKSDA pasti sudah punya perhitungan cermat ketika memilih kawasan selatan Merapi sebagai lokasi pelepasliaran elang Jawa ini," katanya.
HERU CN
Sumber