DISAMPING KANAN INI.............
PLEASE USE ........ "TRANSLATE MACHINE" .. GOOGLE TRANSLATE BESIDE RIGHT THIS
..................
Mengajari
Cara berbelanja Pada Anak
Yahoo
News –
Anak saya yang besar sangat menggemari olahraga sepak bola.
Hampir Setiap kali dia memaksa untuk bergabung dengan sebuah klub. Akhirnya
saya menyerah dan menuruti kemauannya. Dia bergabung dengan klub bersama
beberapa teman sekolahnya.
Tentu ini merupakan biaya tambahan. Apalagi, dia memilih klub sepak bola internasional. Lumayan bikin saya kerja lembur sedikit.
Masalah biaya tentu belum berhenti sampai mendaftar. Kali ini, dia merayu saya untuk membelikannya sepatu bola baru dengan alasan yang lama sudah sempit.
Memasuki sebuah toko, saya pun terkejut. Dia ngotot minta sepatu bola dengan merk dan seri tertentu, yang harganya jutaan. Rupanya dia sudah mengincar sepatu itu sebelumnya. Tentu saya keberatan. Harganya terlalu mahal untuk pesebak bola pemula.
Keahlian saya sebagai perencana keuangan diuji di sini. Anak saya sedang tumbuh menjadi compulsive buyer atau konsumen yang sulit mengontrol hasrat berbelanjanya. Saya ajak anak saya keluar toko sebentar dan berdiskusi. Kami ingin negosiasi.
Saya yakin kasus di atas sering kita lihat. Begitu banyak kejadian seperti itu yang berujung dengan anak-anak menangis di mal atau justru kita, para orang tua, kalah “perang” dan menuruti permintaan mereka sambil ngedumel. Beberapa orang memilih memarahi anaknya di depan publik, sebagian lain memilih mengalah. Malu jika ribut di depan banyak orang.
Bagaimana sebenarnya mengajari anak kita tentang belanja yang benar? Atau jangan-jangan kita sendiri sebagai orang tua belanjanya belum benar? Berikut tips sederhana:
1. Rencanakan barang yang akan dibeli.
Buatlah daftar belanjaan. Tentukan juga di mana akan membelinya. Mengecek harganya secara online bisa membantu. Sebisa mungkin kita sudah tahu lokasi tokonya. Ingat, berputar-putar di mal tanpa tujuan memicu kecelakaan belanja tambahan.
2.Kunci anggarannya.
Jangan pernah bilang ke anak kalau kita tidak punya uang. Berbohong hanya akan membuat anak kehilangan kepercayaan terhadap kita sebagai orang tua. Terangkan dalam bahasa sederhana anggaran keuangan kita. Mana yang menjadi prioritas,mana yang bukan. Dengan begitu, anak mulai mengenali hal-hal yang merupakan kebutuhan dan keinginan. Dalam jangka panjang, pengenalan anggaran akan mendidik anak memiliki kepekaan terhadap kondisi keuangannya.
3. Kenalkan pola rewards dalam hal keuangan.
Jika anak kita memaksa membeli barang di atas anggaran, tawarkan pada mereka untuk bekerja keras dulu sebelum membelinya. Berikan mereka tantangan yang sesuai. Kenalkan mereka pada konsep "no free lunch". Sebaliknya, jika mereka membeli barang di bawah budget, berikan mereka hadiah. Hadirkan kebahagiaan berlimpah untuknya.
4. Disiplin.
Rencana tinggal rencana. Teori tinggal teori, jika kita tidak disiplin. Banyak orang tua kesulitan mengajar anaknya bukan karena mereka tidak pintar atau tidak sempat. Tapi karena tidak disiplin.
Berapa pun uang yang kita siapkan untuk anak-anak, tanpa pendidikan keuangan yang benar, sangat berpeluang menjadi sumber masalah baru di masa depan. Entah mereka menjadi konsumtif tanpa kontrol atau bisa juga terjebak utang kartu kredit. Apapun itu, masalah keuangan pasti akan timbul jika kita tidak mengenalkan uang kepada anak-anak kita dari sekarang.
Selamat belajar...
https://id.berita.yahoo.com/mengajari-cara-berbelanja-pada-anak-110916230.html
Tentu ini merupakan biaya tambahan. Apalagi, dia memilih klub sepak bola internasional. Lumayan bikin saya kerja lembur sedikit.
Masalah biaya tentu belum berhenti sampai mendaftar. Kali ini, dia merayu saya untuk membelikannya sepatu bola baru dengan alasan yang lama sudah sempit.
Memasuki sebuah toko, saya pun terkejut. Dia ngotot minta sepatu bola dengan merk dan seri tertentu, yang harganya jutaan. Rupanya dia sudah mengincar sepatu itu sebelumnya. Tentu saya keberatan. Harganya terlalu mahal untuk pesebak bola pemula.
Keahlian saya sebagai perencana keuangan diuji di sini. Anak saya sedang tumbuh menjadi compulsive buyer atau konsumen yang sulit mengontrol hasrat berbelanjanya. Saya ajak anak saya keluar toko sebentar dan berdiskusi. Kami ingin negosiasi.
Saya yakin kasus di atas sering kita lihat. Begitu banyak kejadian seperti itu yang berujung dengan anak-anak menangis di mal atau justru kita, para orang tua, kalah “perang” dan menuruti permintaan mereka sambil ngedumel. Beberapa orang memilih memarahi anaknya di depan publik, sebagian lain memilih mengalah. Malu jika ribut di depan banyak orang.
Bagaimana sebenarnya mengajari anak kita tentang belanja yang benar? Atau jangan-jangan kita sendiri sebagai orang tua belanjanya belum benar? Berikut tips sederhana:
1. Rencanakan barang yang akan dibeli.
Buatlah daftar belanjaan. Tentukan juga di mana akan membelinya. Mengecek harganya secara online bisa membantu. Sebisa mungkin kita sudah tahu lokasi tokonya. Ingat, berputar-putar di mal tanpa tujuan memicu kecelakaan belanja tambahan.
2.Kunci anggarannya.
Jangan pernah bilang ke anak kalau kita tidak punya uang. Berbohong hanya akan membuat anak kehilangan kepercayaan terhadap kita sebagai orang tua. Terangkan dalam bahasa sederhana anggaran keuangan kita. Mana yang menjadi prioritas,mana yang bukan. Dengan begitu, anak mulai mengenali hal-hal yang merupakan kebutuhan dan keinginan. Dalam jangka panjang, pengenalan anggaran akan mendidik anak memiliki kepekaan terhadap kondisi keuangannya.
3. Kenalkan pola rewards dalam hal keuangan.
Jika anak kita memaksa membeli barang di atas anggaran, tawarkan pada mereka untuk bekerja keras dulu sebelum membelinya. Berikan mereka tantangan yang sesuai. Kenalkan mereka pada konsep "no free lunch". Sebaliknya, jika mereka membeli barang di bawah budget, berikan mereka hadiah. Hadirkan kebahagiaan berlimpah untuknya.
4. Disiplin.
Rencana tinggal rencana. Teori tinggal teori, jika kita tidak disiplin. Banyak orang tua kesulitan mengajar anaknya bukan karena mereka tidak pintar atau tidak sempat. Tapi karena tidak disiplin.
Berapa pun uang yang kita siapkan untuk anak-anak, tanpa pendidikan keuangan yang benar, sangat berpeluang menjadi sumber masalah baru di masa depan. Entah mereka menjadi konsumtif tanpa kontrol atau bisa juga terjebak utang kartu kredit. Apapun itu, masalah keuangan pasti akan timbul jika kita tidak mengenalkan uang kepada anak-anak kita dari sekarang.
Selamat belajar...
https://id.berita.yahoo.com/mengajari-cara-berbelanja-pada-anak-110916230.html