T-REC semarang-komunitas-reptil-semarang-Indonesia-Ikut-Kongres-Capung-Dunia
Indonesia Ikut Kongres Capung
Dunia
TEMPO.CO, Malang - Komunitas
pecinta capung, Indonesian Dragonfly Society (IDS), mewakili Indonesia
mengikuti kongres Worldwild Dragonfly Assosiation atau komunitas pencinta
capung tingkat dunia di Jepang. Keterlibatan IDS juga merupakan kali pertama
delegasi dari Indonesia mengikuti kongres tahunan tersebut.
"IDS juga disebut sebagai pecinta capung pertama di Indonesia," kata Ketua IDS, Wahyu Sigit, Rabu, 15 Agustus 2012.
Kongres Capung diselenggarakan 28 Juli sampai 2 Agustus lalu. Dalam kongres tersebut, IDS mempresentrasikan penelitian mengenai populasi capung di Taman Wisata Wendit, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Penelitian selama dua tahun di sepanjang satu kilometer aliran sungai menemukan 34 jenis capung. Di antaranya capung jenis famili gomphidae atau anax.
Wahyu berharap kawasan Sungai Wendit tetap lestari jauh dari pencemaran. Menurut dia, capung jenis famili gomphidae sangat sensitif terhadap polutan dan selalu mencari lingkungan yang segar dan bersih. Keberadaan capung menjadi nilai ukur atau indikator kondisi sumber air. Bahkan, capung juga memiliki peranan penting untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Saat berbentuk nimfa atau larva capung merupakan predator jentik nyamuk. Sedangkan saat dewasa, capung menjadi predator hama tanaman, seperti kutu daun, belalang, lalat, dan nyamuk. IDS mengajak anak usia dini untuk melestarikan capung karena sebagian jenis capung di Indonesia mulai punah saat ini.
Worldwild Dragonfly Assosiation, komunitas pencinta capung tingkat dunia, memasukkan capung Indonesia ke daftar merah atau terancam punah. Jumlah capung yang merupakan serangga kelompok keluarga Odonata itu terus berkurang akibat hilangnya sumber air yang menjadi habitatnya.
“Hilangnya sumber mata air akibat aktivitas penggundulan hutan. Padahal, capung hanya hidup di aliran air yang sehat dan bersih," ujarnya.
EKO WIDIANTO
"IDS juga disebut sebagai pecinta capung pertama di Indonesia," kata Ketua IDS, Wahyu Sigit, Rabu, 15 Agustus 2012.
Kongres Capung diselenggarakan 28 Juli sampai 2 Agustus lalu. Dalam kongres tersebut, IDS mempresentrasikan penelitian mengenai populasi capung di Taman Wisata Wendit, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Penelitian selama dua tahun di sepanjang satu kilometer aliran sungai menemukan 34 jenis capung. Di antaranya capung jenis famili gomphidae atau anax.
Wahyu berharap kawasan Sungai Wendit tetap lestari jauh dari pencemaran. Menurut dia, capung jenis famili gomphidae sangat sensitif terhadap polutan dan selalu mencari lingkungan yang segar dan bersih. Keberadaan capung menjadi nilai ukur atau indikator kondisi sumber air. Bahkan, capung juga memiliki peranan penting untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Saat berbentuk nimfa atau larva capung merupakan predator jentik nyamuk. Sedangkan saat dewasa, capung menjadi predator hama tanaman, seperti kutu daun, belalang, lalat, dan nyamuk. IDS mengajak anak usia dini untuk melestarikan capung karena sebagian jenis capung di Indonesia mulai punah saat ini.
Worldwild Dragonfly Assosiation, komunitas pencinta capung tingkat dunia, memasukkan capung Indonesia ke daftar merah atau terancam punah. Jumlah capung yang merupakan serangga kelompok keluarga Odonata itu terus berkurang akibat hilangnya sumber air yang menjadi habitatnya.
“Hilangnya sumber mata air akibat aktivitas penggundulan hutan. Padahal, capung hanya hidup di aliran air yang sehat dan bersih," ujarnya.
EKO WIDIANTO
Sumber